ARAH NEWS – Pernyataan Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati di hadapan anggota Komisi VI DPR RI pada Kamis (8/9/2022) terkait Pertamina merugi karena menjual Pertamax seharga Rp 14.500, dinilai sebagai pernyataan bohong.
“Kata Nicke Pertamax dipatok pemerintah harga Rp 14,500, Pertamina rugi, ini adalah pernyataan kebohongan,” ungkap Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman, Selasa, 13 September 2022.
Menurut Yusri, harusnya di forum DPR itu dikupas tuntas berapa harga MOPS Mogas92 yang dibeli Pertamina Patra Niaga dari import dan berapa harga dibeli dari PT Kilang Pertamina International.
ADVERTISEMENT
Baca Juga:
Direktur Utama BUMN yang Tak Berprestasi dan Malas-malasan, Presiden Prabowo Subianto: Ganti!
Lakukan Perbaikan Citra dan Pulihkan Nama Baik, Beginilah 5 Jalan yang Dilakukan oleh Press Release
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Itu jauh lebih penting untuk mengetahui apakah biaya pokok produksi BBM dari kilang Pertamina itu efisien?,” kata Yusri.
Karena pihaknya mendapat kabar, Pertamina membeli Mogas MOPS USD 112 perbarel, apa betul? karena menurut publikasi harga Mogas 92 hanya USD 107 perbarel, tanya Yusri.
Jika diurai harga Pertamax 92 itu sudah ada margin Pertamina 10 % dari harga dan konstanta Rp 1800 perliter, yaitu terdiri alpha plus biaya penyimpanan dan biaya distribusi, jadi harga Pertamax 92 yang dipatok itu setidaknya Pertamina balik modal, kata Yusri.
Baca Juga:
Kepala BGN Kunjungi Siswa Cianjur yang Alami Gangguan Kesehatan Usai Konsumsi Makanan Program MBG
“Katanya, kerugian itu akan disubsidi silang dari winfall hulu yg harga crude tinggi. Selain itu Nicke juga diduga berbohong di hadapan anggota DPR Komisi VI”.
“Bahwa perhitungan formula harga BBM mengacu ke ICP, di Kepmen ESDM Nomor 62 K/2020 jelas menyebutkan bahwa formula harga BBM mengacu pada MOPS, bukan ICP” beber Yusri lagi.
Yusri menjelaskan, ia bahkan sudah mengkonfirmasi ke pihak terkait bahwa memang acuan yang digunakan antara kilang Pertamina dengan PT Pertamina Patra Niaga adalah MOPS, bukan ICP, akan tetapi Patra Niaga menjual BBM atas dasar hitungan Pemerintah.
“Acuan ICP itu digunakan untuk harga beli crude ke kilang, itu baru pakai ICP. Kalau dari kilang Pertamina jual BBM ke Pertamina Patra Niaga, mengacu pada peraturan tersebut mengacu pada MOPS.”
Baca Juga:
Presiden Prbowo Subianto Pidato Penuh Semangat di Parlemen Turki, Suarakan Dukungan ke Palestina
Sektor Energi dan Keuangan Dinilai Prospektif dalam Laporan CSA Index April 2025
“Tapi kenapa Dirut Pertamina bilang ke Komisi VI kalau harga BBM itu pakai acuan ICP? Maka itu jelas sekali kebohongan,” ungkap Yusri.
Sementara itu, dikutip dari media, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengakui jual rugi jenis bahan bakar minyak (BBM) Pertamax.
Jadi meskipun saat ini harga Pertamax yang sudah naik masih di bawah harga keekonomian.
Nicke mengatakan, diupayakan untuk menahan harga Pertamax agar perbandingan dengan harga Pertalite tidak jauh.
Karena jika selisih harganya jauh dengan Pertalite sebagai BBM subsidi, akan semakin banyak yang menggunakan Pertalite.
“Pertamax itu kalau lihat kategori, di dalam regulasi adalah Jenis BBM Umum (JBU) yang harganya fluktuatif disesuaikan ICP.”
“Tetapi kita melihatnya Pertamax itu pemerintah itu mengendalikan juga harganya,” ujar Nicke.***
Klik Google News untuk mengetahui aneka berita dan informasi dari editor Arahnews.com, semoga bermanfaat.