ARAH NEWS – Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) didukung oleh UNEP melalui SEA Sirkular Project menyelenggarakan dialog mengenai ‘Penanggulangan Sampah Laut Melalui Perubahan Perilaku Konsumen untuk Mendukung Ekonomi Sirkular Plastik’.
Perubahan perilaku konsumen merupakan salah satu kunci penting dan menjadi strategi pertama dalam mencapai target pencapaian pengurangan sampah laut tahun 2025.
Hal ini disampaikan oleh Bapak Dirhansyah Conbul, Sekretaris Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi dalam sambutannya.
Dialog yang dilakukan secara online ini diikuti oleh 66 peserta yang mewakili pelaku usaha, instansi pemerintah serta berbagai organisasi.
Baca Juga:
Melalui Dialog ini diharapkan dapat diimplementasikan berbagai pengetahuan dan praktik baik dalam upaya menangani permasalahan sampah laut sekaligus mengoptimalkan peluang ekonomi sirkular di sektor plastik dan kemasan.
Dialog ini juga bertujuan untuk mendukung kerjasama antara pemerintah, pelaku usaha, organisasi masyarakat luas dalam mencapai target 70% pengurangan sampah laut pada tahun 2025 sebagaimana diamanatkan oleh Perpres No. 83 Tahun 2018.
Perubahan perilaku masyarakat sangat penting dalam mendukung pengurangan sampah plastik dan sampah lainnya dimana pengurangan sampah laut baru mencapai 28,5% pada periode 2018-2021.
Pada Dialog kali ini dihadiri juga oleh para narasumber yang memberikan paparan antara lain mengenai sharing solusi inovatif dalam pemanfaatan sampah plastik yang disampaikan oleh Novi CEO Rebricks Indonesia dengan slogan Pintar Mengolah Sampah Memudahkan dalam Pengolahannya.
Baca Juga:
Dituntut Bayar Ganti Rugi Rp482 Miliar; Koperasi Unit Desa Delima Sakti Gugat Balik LSM AJPLH
Menko Airlangga Hartartato Beberkan Sejumlah Langkah untuk Tarik Investor Global Masuk Indonesia
Rebricks telah memanfaatkan sampah-sampah plastik untuk pembuatan paving block dan batako yang sekaligus dapat mendukung pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Hal lainnya disampaikan oleh Tiza Mafira, dari Alliance for Zero Waste Indonesia yang juga Co-chair Behaviour Change Task Force National Plastic Action Partnership (NPAP).
Yaitu mengenai peta jalan perubahan perilaku untuk mengurangi sampah yang dirumuskan oleh NPAP dan telah diluncurkan pada bulan september tahun 2021.
Peta jalan perubahan perilaku ini diharapkan dapat mendukung target Pemerintah untuk mengurangi sampah di laut sebesar 70% pada tahun 2025.
Baca Juga:
KPK Selidiki Kasus di Kementan Soal Korupsi Penggelembungan Harga Asam untuk Kentalkan Karet
Kondisi dan hambatan yang dihadapi berdasarkan penelitian perubahan perilaku untuk memerangi sampah plastik dan sampah lainnya yang sampai ke laut disampaikan oleh Saka, Campaign Manager Waste4change.
Salah satu perubahan yang perlu didorong adalah mengenai sistem yang ideal untuk pengangkutan sampah di perumahan dan bagaimana pengangkutan sampah secara sistematis sudah terpilah sejak sumbernya yaitu rumah tangga.
Dengan dilakukannya pemilahan yang baik sejak dari sumbernya diharapkan sampah plastik akan termanfaatkan kembali dan tidak berakhir di Tempat Pembuangan Akhir.
Siegwerk Indonesia melalui Putri Riska Lestari, Research & Development and Sustainability Specialist menyampaikan bagaimana perusahaan telah mendorong solusi kemasan yang mendukung ekonomi sirkular.
Antara lain dengan membuat bahan baku daur ulang kualitas tinggi, rancang ulang kemasan satu lapis yang memudahkan daur ulang serta sistem kemasan tanpa pewarnaan.
Angga Adhitya Fritz Aradhana, Vice President Business Development & Strategic Partnership Octopus, memaparkan bagaimana Octopus sebagai sebuah platform, mendukung produsen dalam menetapkan strategi.
Dalam tanggung jawab produsen dengan melacak dan mengumpulkan produk pasca-konsumen yang dapat didaur ulang dan tidak dapat didaur ulang.
Dari sisi produsen, pada dialog ini juga terdapat insight dari mengenai inisiatif yang telah dilakukan untuk mengatasi sampah plastik melalui kerja sama dalam pemilahan sampah dengan masyarakat.
Serta tanggung jawab produk juga sangat penting untuk dipertanggungjawabkan kepada konsumen.
Hal ini dipaparkan oleh Widya Paramitha, Sustainable Development Specialist PT. Solusi Bangun Indonesia (SBI).
Pemrosesan sampah padat menjadi RDF (Refuse Derived Fuels) oleh SBI telah berdampak pada pengurangan 80% sampah padat ke tempat pembuangan akhir.
Sekaligus menciptakan nilai tambah ekonomi karena mengurangi bahan bakar fosil serta dampak positif ke lingkungan karena mengurangi emisi.
Tulus Abadi dari Yayasan Konsumen Indonesia dalam penutup dialog memberikan tanggapannya bahwa permasalahan sampah plastik yang sampai ke laut.
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.
Dan berbagai usaha dalam pengurangannya tentunya diperlukan peran semua pihak.
Sampah tidak hanya menjadi cost center tetapi juga dapat menjadi profit center serta memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Dalam konteks perlindungan konsumen, sangat diharapkan adanya konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab dengan menggunakan produk-produk yang ramah lingkungan.
Sinergi yang berkelanjutan perlu didorong juga melalui perubahan perilaku konsumen sehingga dapat mencapai target bersama untuk mengurangi sampah di laut pada tahun 2025.***
Klik Google News untuk mengetahui aneka berita dan informasi dari editor Arahnews.com, semoga bermanfaat.