Pengusutan Peristiwa Tragedi Kanjuruhan Harus Dilakukan Pihak yang Benar-benar Independen

Avatar photo

- Pewarta

Selasa, 4 Oktober 2022 - 06:03 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tragedi sepak bola Kanjuruhan Malang akibatkan 127 korban yang meninggal dunia. (Instagram.com/@bolobanyu)

Tragedi sepak bola Kanjuruhan Malang akibatkan 127 korban yang meninggal dunia. (Instagram.com/@bolobanyu)

ARAH NEWS – Tentu menyedihkan dari sekedar menonton pertandingan sepakbola kemudian berujung derai air mata.

Aparat yang represif membuat kekacauan bertambah hebat lalu korban berjatuhan.

Bahkan yang tidak ikut dalam kerusuhan pun di atas tribun ditembak gas air mata yang menyebabkan mayat bergelimpangan.

Terinjak karena kepanikan atau sesak nafas akibat gas air mata. Pernyataan resmi 125 orang dinyatakan meninggal. Yang beredar justru 180 orang lebih.

Tidak ada konflik horizontal antar suporter karena bonek pendukung Persebaya tidak diperkenankan menonton.

Yang ada adalah “konflik” antara aparat Kepolisian melawan penonton sepakbola. Tentu penonton dalam posisi tidak berdaya yang pasti dikalahkan.

Secara formal ada suara agar dilakukan pengusutan. Presiden seperti biasa berkata-kata dan Kapolri meninjau lokasi Stadion Kanjuruhan Malang.

Kapolres Malang diberhentikan, Danyon dan anggota Brimob dinyatakan bersalah. Kapolda dituntut publik untuk dipecat. Dunia ikut meneteskan air mata.

Tema ekstrimnya adalah Polisi membunuh lagi. Soal gas air mata ternyata menjadi pusat perhatian pengamanan di stadion sepak bola.

Segala kemungkinan dapat terjadi dalam kasus tragis ini. Sebelum adanya hasil dari pengusutan yang obyektif tentunya.

Perlu didalami hal-hal berikut :

Pertama, siapa penonton awal yang turun ke lapangan, benarkah untuk menyerang pemain Arema atau bukan.

Adakah sekedar foto-foto atau itu disain pemancing yang sengaja dilakukan untuk akhirnya menciptakan kerusuhan dan pembunuhan?

Kedua, aksi kekerasan Polisi adakah sesuai dengan prosedur pengamanan.

Tindakan brutal yang berulang seperti dalam kasus 21-22 Mei 2019, 6 Laskar FPI 7 Desember 2020, kasus Sambo 8 Juli 2022 dan Stadion Kanjuruhan Malang 1 Oktober 2022.

Polisi harus dievaluasi dan tidak boleh menjadi mesin pembunuh.

Ketiga, banyaknya korban tewas adalah akibat penembakan gas air mata. Ini artinya gas air mata serupa dengan peluru tajam yang bisa mematikan.

Betapa bahayanya penggunaan gas air mata ini. Apalagi ditembakan ke arah penonton yang tidak melakukan apa-apa dan disana ada wanita dan anak-anak.

Keempat, benarkah pintu keluar sengaja ditutup saat terjadinya penembakan gas air mata?

Adakah unsur kesengajaan atau sabotase dalam pengamanan ini, baik penutupan pintu maupun adanya zat beracun dalam gas air mata? Wajah korban yang hitam membiru.

Kelima, FIFA Stadium Safety and Security Regulation melarang penggunaan gas air mata sebagai alat pengamanan di lapangan. Polisi dan PSSI telah melakukan pelanggaran serius.

Persoalan ini tidak boleh dianggap ringan. Sanksi harus tegas karena hal ini menyangkut wibawa dan martabat bangsa.

Dengan pembunuhan gas maka Indonesia dapat dicap sebagai bangsa primitif dan tidak beradab.

Peristiwa 1 Oktober adalah peringatan Hari Kesaktian Pancasila. Hari kegagalan PKI dan tentu hari yang dibenci oleh PKI.

Pengusutan peristiwa Stadion Kanjuruhan harus dilakukan oleh yang benar-benar Independen, tidak cukup oleh Kepolisian sendiri karena “tertuduh” adalah aparat.

Jika ini yang dijalankan, maka kesimpulan akan mudah didapat yakni “sesuai prosedur” atau karena adanya “perlawanan massa”. Alasan standar untuk melindungi korps.

Tim Independen yang katanya dibentuk Mahfud MD harus obyektif dalam menguji peristiwa dari berbagai sisi, termasuk kemungkinan penyusupan atau sabotase.

Dendam PKI pun jangan diabaikan. Bila hanya diusut oleh satu pihak atau satu kepentingan termasuk jika dipimpin oleh Menkopolhukam maka yang terjadi adalah “jeruk makan jeruk”.

Jeruk itu telah terbukti sangat beracun dengan menewaskan 125 atau bahkan 180 lebih orang yang tidak berdosa. Tewas dan luka 448 orang.

Opini: M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan.***

Klik Google News untuk mengetahui aneka berita dan informasi dari editor Arahnews.com, semoga bermanfaat.

 

Berita Terkait

Kisah Inspiratif di Balik Kompetisi IBL: “KITA” Tayangkan Perjuangan Para Pemain
Prabowo Ucapkan Terima Kasih Tim Nasional Luar Biasa Usai Sukses Bobol Pertahanan Arab Saudi
BDMNTN-XL: Tim Blitzers, Hurricanes, Lightning, dan Rockets Siap Bertarung
BDMNTN-XL Hadir Oktober di Jakarta! Saksikan Pertandingan Spektakuler dari Bintang-Bintang Bulu Tangkis Dunia
Prabowo Subianto Berhasil Cetak Gol, Usai Terima Tantangan ‘Olympics Challenge’ Presiden FIFA Gianni Infantino
Mirae Asset Sekuritas Indonesia Tunjukkan Performa Tangguh di Final Tournament Mini Soccer PROPAMI CUP V 2024
16 Tim Berkompetisi di Turnamen Mini Soccer V PROPAMI 2024: Momen Meriahkan HUT Pasar Modal dan Bhayangkara
Kaesang Pangarep Tanggapi Gibran Rakabuming Terima Pinangan Partai Golkar sebagai Cawapres Prabowo

Berita Terkait

Kamis, 6 Februari 2025 - 22:45 WIB

Kisah Inspiratif di Balik Kompetisi IBL: “KITA” Tayangkan Perjuangan Para Pemain

Rabu, 20 November 2024 - 15:17 WIB

Prabowo Ucapkan Terima Kasih Tim Nasional Luar Biasa Usai Sukses Bobol Pertahanan Arab Saudi

Selasa, 24 September 2024 - 21:45 WIB

BDMNTN-XL: Tim Blitzers, Hurricanes, Lightning, dan Rockets Siap Bertarung

Jumat, 6 September 2024 - 17:54 WIB

BDMNTN-XL Hadir Oktober di Jakarta! Saksikan Pertandingan Spektakuler dari Bintang-Bintang Bulu Tangkis Dunia

Senin, 29 Juli 2024 - 15:56 WIB

Prabowo Subianto Berhasil Cetak Gol, Usai Terima Tantangan ‘Olympics Challenge’ Presiden FIFA Gianni Infantino

Berita Terbaru