ARAH NEWS – Kamis, 1 September 2022 harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi jenis Pertalite dan Pertamax harga masih stabil.
Sedangkan BBM non-subsidi yakni Pertamina Dex, Pertamax Turbo, dan Dexlite mengalami penurunan harga.
PT Pertamina (Persero) akan melakukan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) Umum dalam rangka mengimplementasikan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No. 62 K/12/MEM/2020.
ADVERTISEMENT
Baca Juga:
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tentang Formula Harga Dasar Dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan Melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum.
Dari informasi ini diketahui bahwa BBM bersubsidi belum ada kenaikan.
Artinya kenaikan BBM bersubsidi masih belum jelas akan dinaikan tapi masih dipertimbangkan ataukah benar-benar tidak akan dinaikan.
Baca Juga:
Kepala BGN Kunjungi Siswa Cianjur yang Alami Gangguan Kesehatan Usai Konsumsi Makanan Program MBG
Presiden Prbowo Subianto Pidato Penuh Semangat di Parlemen Turki, Suarakan Dukungan ke Palestina
Tapi melihat informasi harga hari ini (01/09/2022) bahwa BBM bersubsidi tetap stabil dan harga non sibsidi jadi turun memberikan sinyalemen pola yang akan dilakukan pemerintah.
Sepertinya akan seperti yang terjadi pada BBM jenis Premium dimana program subsidinya ada tapi stoknya tidak ada.
Ujungnya adalah masyarakat dipaksa untuk mengkonsumsi BBM non subsidi.
Jika demikian maka BBM naik ataupun tidak naik akan menimbulkan resiko yang serupa.
Baca Juga:
Sektor Energi dan Keuangan Dinilai Prospektif dalam Laporan CSA Index April 2025
Lagkah-langkah Strategis Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang Sudah Dilakukan dalam 150 Hari
Jadi tentunya masyarakat menuntut untuk mempertahankan harga BBM dan menjaga ketersediaan stoknya.
Informasi tentang rencana kenaikan BBM tanggal 1 September 2022 sudah menyebar ke penjuru negeri.
Hal ini ditengarai oleh isu kenaikan yang disampaikan oleh Luhut Binsar Pandjaitan.
Akibatnya banyak orang yang sudah mulai merespon dengan menaikan harga-harga produk sebelum kenaikan BBM itu terjadi.
Kita bisa melihat bagaimana harga telur yang melambung tinggi sebagai salah contohnya.
Hal ini tentunya membuat inflasi akibat kenaikan BBM mulai terjadi sebelum kenaikan BBM itu mulai terjadi.
Pemerintah harus tegas memastikan naik atau tidak dengan mempertimbangkan konseksuensi yang akan dialami oleh rakyat.
Yang jelas dampak ekonomi yang akan timbul dari kebijakan kenaikan BBM ini akan dahsyat yang tidak akan terobati oleh rencana Bantalan sosial 24,17 triliun
Di mana di dalamnya terdapat BLT yang digulirkan sebesar Rp. 150ribu per bulan selama 4 bulan ataupun bantuan lainya.
Dipastikan inflasi akan melonjak tinggi menyusul negara-negara lain seperti Inggris yang tingkat inflasinya sudah mencapai 10% dan dianggap tertinggi selama 40 tahun.
Indonesia harus berpikir dua kali untuk menentukan kebijakan-kebijakan yang berpengaruh terhadap inflasi.
Sebab daya beli masyarakat yang melemah akan menimbulkan efek berantai di semua sektor.
Energi para penyelenggara negara akan habis karena harus menangani dampak berantai dari kenaikan BBM ini.
Padahal semestinya bisa difokuskan kepada program-program yang lebih produktif untuk negara.
Ajakan Luhut Binsar Pandjaitan untuk mendukung kenaikan harga BBM ini menjadi sebuah kekonyolan ditengah penolakan yang masif dilakukan oleh masyarakat.
Mana mungkin rakyat mendukung kebijakan yang akan menyengsarakannya.
Kebijakan kenaikan harga akan menjadi bom waktu yang berpotensi menyebabkan kerusakan terhadap kestabilan ekonomi yang masih dalam masa pemulihan.
Kenaikan BBM ini akan menyebabkan upaya pemulihan ekonomi harus balik ke awal.
Tentunya ini sebuah kemerosotan dan akan menjadi citra buruk bagi pemerintah yang sedang berkuasa saat ini.
Opini: Achmad Nur Hidayat, Pakar Kebijakan Publik Narasi Institute.***
Buat yang hobby berbagi tulisan artikel atau opini (pendapat, pandangan dan tanggapan) ayo menulis, artikel dapat dikirim lewat WhatsApp ke: 0855-7777888.