Oleh: Dali Tahir, Mantan Anggota Esko AFC, Mantan Anggota Komite Etik FIFA, Pendiri Arseto, Pendiri Galatama, Mantan Ketua Tim Statuta PSSI
ARAHNEWS.COM – Bagai petir di siang bolong. Ingat pepatah lama yang seperti itu?
Ya, begitu perasaan saya ketika tiba-tiba ada Lembaga Survey Indikator Politik membuat survey tentang sepakbola.
Jujur, sepanjang karir saya sebagai mantan praktisi dan pengurus sepakbola, 40 tahun, belum sekali pun ada hal semacam ini.
Baca Juga:
Analis Memperkirakan Rupiah Melemah di Tengah Kekhawatiran Kebijakan Tarif Trump
Fitur AI Canggih di ASUS ZenBook S 14 OLED (UX5406) Copilot+ PC yang Wajib Anda Ketahui
Bahas Kerja Sama Ekonomi Indonesia – Tiongkok, Airlangga Hartarto Terima Kunjungan Dubes Wang Lutong
Apalagi, isi surveynya terkait dengan tragedi Kanjuruhan dan yang ‘dicecar’ adalah posisi Ketum dan Komite eksekutif PSSI.
Sebanyak 60,2% responden setuju Ketum PSSI Mochamad Iriawan beserta jajarannya mengundurkan diri dari kepengurusan sebagai bentuk pertanggungjawaban moral. Begitu judulnya yang membuat saya tersenyum.
Maaf…., kok sama ya dengan keinginan kelompok tertentu? Apalagi, saat ini hasil rekomendasi TGIPF dan Komnas ham mulai redam gaungnya. Kok, seperti ingin dibangunkan?
“Buat mereka yang ini menjadi Ketum dan esko PSSI, sabaaar ya. Ada waktunya kok, ” kata Mochamad Iriawan alias Iwan Bule, Ketum PSSI melalui video sejak dua pekan lalu.
Baca Juga:
Di Tempat Pembuangan Sampah Kawasn Pancoran, Jaksel Ditemukan Sesosok Jasad Bayi Perempuan
Sapulangit Media Center Gandeng Rilispers.com Pasarkan Publikasi Press Release di 150+ Portal Berita
Dan FIFA sendiri sudah menjawab permohonan PSSI untuk KLB. Anehnya surat dijawab bukan oleh sekjen dan juga bukan dari Markas FIFA, Swiss.
Selain itu, waktunya juga seperti bertentangan dengab statuta FIFA sendiri.
Jadi, saya merasa lucu saja dengan tokoh lembaga survey itu. Jangan-jangan, maaf ya, dia pun tak tahu bahwa sepakbola punya aturan. Sekali lagi maaf lho.
Menurutbpendapat saya sebagai orang yang pernah duduk di esko AFC dan Komite Etik di FIFA, hal semacam ini belum pernah terjadi di mana pun.
Baca Juga:
Kebutuhan Cadangan Beras Pemerintah, Indonesia akan Tambah Kuota Impor Beras Sebanyak 1 Juta Ton
Bahkan ketika Blatter (mantan Presiden FIFA) dan Hammam (mantan Presiden AFC) ada masalah.
Saya tidak ingin suudzon (berprasangka buruk) tapi, surveynya kok sama ya? Sekali lagi, saya ingin berprasangka baik, hanya kaget, kok ya seirama.
Kok lembaga survey tidak tertarik membuat survey tentang tragedi Gagal Ginjal. Korbannya anak-anak tak berdosa lho. Jumlahnya juga lebih banyak.
Atau tidak membuat survey tentang kerugian Pertamina serta Garuda? Ratusan triliun lho.
Kalau bisa diamankan, dan jika diberikan kerakyat pasti, banyak yang bisa diselesaikan dengan baik.
Maaf lho, kok seperti ada yang memesan deh? Kok sama seperti yang dilakukan oleh lembaga-lembaga survey di pilkot, pilbub, pilgub, dan pilpres.
Survey di mata Pengamat
Rektor Universitas Ibnu Chaldun, Musni Umar meminta agar masyarakat tidak begitu mudah percaya dengan lembaga survey yang merilis sejumlah nama calon Presiden di Pilpres 2024 mendatang.
Alasannya, lembaga survey tersebut sudah menjadi industri yang hanya mencari keuntungan.
“Berbagai lembaga survei secara berkala merilis hasil survei calon2 Presiden 2024. Rakyat sebaiknya tidk terlalu percaya hasil survei mereka karena lembaga survei sudah menjadi industri yg cari untung,” ujarnya dikutip SerangNews.com (2/4/2021).
Sementara itu, Tony Rosid (RMMOL, 3/3/2022) pengamat politik di RMMOL, (3/3/2022) membuat tulisan berjudul Membongkar Lembaga Survey.
Intinya: Ada tiga jenis Lembaga Survey:
Pertama, lembaga survey idialis dengan biaya sendiri atau sumbangan tetapi tidak mengikat.
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.
Kedua, lembaga survei pragmatis. Lembaga ini membuka peluang untuk siapapun yang berminat menggunakan jasanya. Asal sesuai bayarannya, kontrak dibuat.
Mau yang bayar itu malaikat, iblis, dedemit, maupun drakula, dia terima. Enggak ada urusan dengan siapa pemesan dan yang bayar, yang penting dia lakukan survei dengan benar.
Tapi, meski dibayar, ia tak mau memanipulasi data. Ia menyajikan data apa adanya sesuai temuan survei. Dia kerja profesional.
Ketiga, pelacur survei. Hasil survei disesuaikan dengan pemesan. Mau berapa persen elektabilitasnya, semua bisa diatur. Dan ini sangat mudah. Saya juga pernah digoda dengan tawaran ini. Najis!
Bahkan Prabowo Subianto, Capres 2019 dengan tegas mengarakan: “Saya Tidak Percaya Survey, Mereka Dibayar (13/3/2019, Kumparan.com)
Jadi…., sekali lagi maaf nih Mas Burhanuddin. Saya memilihkan satu hadist Rasulallah: “Tidak akan bergeser kedua telapak kaki seorang hamba di hari kiamat sehingga ditanya dengan empat macam, yaitu:
(1) tentang umurnya habis digunakan untuk apa,
(2) jasadnya rusak digunakan untuk apa,
(3) ilmunya bagaimana mengamalkannya,
(4) hartanya dari mana mencari dan kemana membelanjakannya.”
(HR. Ibnu Hibban dan At Tirmizi).
Dan saya sisipkan satu ayat Quran
surat Al Mudatstsir ayat 38:
“Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnya”
Semoga Allah kelak membukakan kebaikan adalah kebaikan. Dan keburukan adalah keburukan. Allah SWT tidak pernah tidur.
Semoga bermanfaat. ***