ARAHNEWS.COM – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali menjadi perhatian utama.
Pemerintahan Presiden Donald Trump memicu kekhawatiran dengan kebijakan tarif yang baru dikeluarkannya, yang menjadi salah satu faktor penurunan ini.
Di Jakarta, transaksi antarbank pada Selasa pagi menunjukkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turun 62 poin atau 0,40 persen, menjadi Rp15.752 per dolar AS dari Rp15.690 per dolar AS sebelumnya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam beberapa minggu terakhir, gejolak pasar global kian meningkat, yang langsung berdampak pada ekonomi dalam negeri.
Analis ekonomi menyatakan bahwa kebijakan proteksionisme yang diterapkan pemerintahan Trump turut melemahkan rupiah.
Pemberlakuan tarif tinggi pada berbagai barang impor, termasuk dari negara berkembang, menciptakan ketidakseimbangan dalam perdagangan internasional.
Dampak dari kebijakan ini menyebabkan aliran modal berkurang, yang pada akhirnya menekan nilai tukar rupiah.
Baca Juga:
Prabowo Tetapkan Empat Pulau Sengketa Jadi Milik Aceh
Singapura Tolak Penangguhan Paulus Tannos, KPK Apresiasi Putusan
Jasa Siaran Pers Persriliscom Melayani Publikasi ke Lebih dari 150 Media Online Berbagai Segmentasi
Selama sebulan terakhir, data menunjukkan rupiah mengalami depresiasi tajam terhadap dolar AS hingga kisaran Rp 14.200 per dolar AS.
Angka ini cukup mengkhawatirkan bagi para pelaku pasar, khususnya mereka yang terlibat dalam utang luar negeri.
Kebijakan tarif Amerika Serikat ini tidak hanya mempengaruhi nilai tukar rupiah, tetapi juga berdampak pada sektor-sektor lain dalam perekonomian Indonesia.
Salah satu sektor yang terpengaruh adalah sektor ekspor. Banyak pengusaha yang mengandalkan pasar internasional menyampaikan keprihatinan mereka.
Baca Juga:
Tambang Nikel di Surga Laut Raja Ampat Dihentikan: Kontrak Karya PT GAG Nikel Tetap Berlaku
Kenaikan tarif ini dapat membuat produk asal Indonesia kurang kompetitif di pasar global, yang berpotensi menekan volume ekspor.
Di sisi lain, Bank Indonesia mulai melakukan langkah antisipatif untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyatakan keinginannya untuk mengintervensi pasar valuta asing demi kestabilan rupiah.
Namun, para analis memperingatkan bahwa langkah ini hanya efektif dalam jangka pendek; strategi jangka panjang tetap diperlukan untuk menjaga daya saing rupiah.
Melihat ke depan, para analis menyarankan diversifikasi pasar dan produk untuk mengatasi dampak ketidakpastian akibat kebijakan tarif tersebut.
Mereka juga menekankan pentingnya peningkatan daya saing produk lokal sebagai prioritas bagi pemerintah dan pelaku usaha.
“Kita perlu menyesuaikan diri dengan perubahan global yang ada.
Diversifikasi produk dan penguatan pasar domestik adalah kunci untuk bertahan di tengah ketidakpastian ini,” ujar seorang analis pasar.
Di tengah tantangan ini, pemerintah dan pelaku usaha diharapkan dapat bersinergi menciptakan kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Infoekbis.com dan Harianinvestor.com
Jangan lewatkan juga menyimak berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Helloidn.com dan Jakartaoke.com
Sedangkan untuk publikasi press release serentak di puluhan media lainnya, klik Rilisbisnis.com (khusus media ekbis) dan Jasasiaranpers.com (media nasional)
Atau hubungi langsung WhatsApp Center Rilispers.com (Pusat Siaran Pers Indonesia /PSPI): 085315557788, 087815557788, 08111157788.
Klik Persrilis.com untuk menerbitkan press release di portal berita ini, atau pun secara serentak di puluhan, ratusan, bahkan 1.000+ jaringan media online.
Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.