ARAHNEWS.COM – Pengamat politik dan pendiri Indonesia Political Power Ikhwan Arif menanggapi batalnya rencana deklarasi Poros Perubahan batal tanggal 10 November 2022.
Poros koalisi yang diinisiasi oleh partai NasDem, PKS dan Demokrat belum menentukan bakal cawapres pendamping Anies Baswedan di Pilpres 2024 nanti.
“Batalnya deklarasi pertanda poros perubahan meredup, suasana kebatinan partai mulai berubah-ubah, jangan sampai nantinya poros perubahan menjadi loyo “
“Sebenarnya pembatalan deklarasi bukan sebatas permasalahan deadlock penentuan tanggal ya, tapi secara tersirat ada pertimbangan kalkulasi untung rugi partai berkoalisi,” kata Ikhwan Arif.
Baca Juga:
Fitur AI Canggih di ASUS ZenBook S 14 OLED (UX5406) Copilot+ PC yang Wajib Anda Ketahui
Bahas Kerja Sama Ekonomi Indonesia – Tiongkok, Airlangga Hartarto Terima Kunjungan Dubes Wang Lutong
“Ada deal-deal politik yang sedang dipertaruhkan poros koalisi dibalik menjepit nama Anies Baswedan sebagai bakal Capres,” imbuhnya kepada Arahnews.com, Jumat, 1 November 2022.
Menurut Ikhwan Arif, ada sejumlah penyebab kalkulasi politik dibalik meredupnya poros perubahan.
Pertama faktor figur atau ketokohan yang menjadi pertimbangan dasar arah poros perubahan berkoalisi.
Penentuan nama tokoh pendamping Anies menjadi titik tumpu ketiga partai membangun sinyal berkoalisi.
Baca Juga:
Di Tempat Pembuangan Sampah Kawasn Pancoran, Jaksel Ditemukan Sesosok Jasad Bayi Perempuan
Sapulangit Media Center Gandeng Rilispers.com Pasarkan Publikasi Press Release di 150+ Portal Berita
Citra partai politik akan dipertaruhkan dalam memilih figur pendamping Anies, jika yang dipilih cawapres non partai citra partai akan meredup dampaknya ya poros koalisi juga semakin loyo.
Kemudian ada faktor momentum dibalik meredupnya poros koalisi, ‘timing’ yang yang tepat akan menentukan arah poros koalisi.
Seperti gerak cepat partai NasDem dalam memanfaatkan momentum deklarasi Anies, PKS dan Demokrat tentunya akan mengekor saja.
Momentum gerak cepat ini menjadi faktor meredupnya poros koalisi, sebab PKS dan Demokrat sudah ketinggalan momentum dalam mengusung bakal capres pilihan partai sendiri.
Baca Juga:
Kebutuhan Cadangan Beras Pemerintah, Indonesia akan Tambah Kuota Impor Beras Sebanyak 1 Juta Ton
Prabowo Ingin Gunakan Mobil Buatan Indonesia Maung Garuda sebagai Kendaraan Resmi Kenegaraan
Dalam dinamika politik, perbedaan kalkulasi untung-rugi partai politik suatu hal yang lumrah sehingga sikap politik yang berubah-ubah sering menentukan keberpihakan partai koalisi untuk tetap bertahan di koalisi atau keluar dari poros koalisi.
Terakhir ada faktor presidential threshold (PT) yang merupakan faktor pondasi pembentukan koalisi.
“Tanpa akad koalisi dengan PKS dan Demokrat, Poros Perubahan belum layak memenuhi ambang batas pencalonan sebesar 20%.”
“Meskipun NasDem sudah berkoar-koar mendeklarasikan Anies Baswedan,” katanya.
Beda halnya dengan Koalisi Indoneisa Bersatu (KIB), Koalisi Indonesia Raya (KIRl) yang sudah mencapai angka presidential threshold 20% dan sudah resmi akad.
“Sepertinya strategi Poros Perubahan lebih kepada mengunci nama Anies, dibandingkan mendahului deklarasi koalisi ketiga partai,” tutup Ikhwan. ***
Klik Google News untuk mengetahui aneka berita dan informasi dari editor Arahnews.com, semoga bermanfaat.