ARAH NEWS – Pengusaha bergairah karena mendapat keuntungan lebih karena dapat memperoleh BBM dengan harga sepertiga harga keekonomian.
Sumber pertumbuhan kita sekarang kalau dari sisi produksi memang dari tambang teruatka batubara, nickel, dan bahan tambang lainnya. Selain itu juga dari perkebunan sawit.
Sementara yang lain memang belum membaik. Kondisinya masih terpuruk. Sehingga dari pendekatan output produksi semua sumber pertumbuhan akan berasal dari tambang dan sawit.
ADVERTISEMENT
Baca Juga:
Direktur Utama BUMN yang Tak Berprestasi dan Malas-malasan, Presiden Prabowo Subianto: Ganti!
Lakukan Perbaikan Citra dan Pulihkan Nama Baik, Beginilah 5 Jalan yang Dilakukan oleh Press Release
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sumber pertumbuhan dari pendekatan pengeluaran berasal dari pertumbuhan sektor pergudangan, transportasi dan mobilisasi sumber daya alam hingga ekspor komodotas tersebut.
Sementara dari sisi pengeluaran pemerintah, konsumsi dan investasi masih melemah.
Salah satu ciri mengapa ekonomi tumbuh ini adalah fakta di dalam negeri terdapat peningkatan significant dalam konsumsi energi.
Baca Juga:
Kepala BGN Kunjungi Siswa Cianjur yang Alami Gangguan Kesehatan Usai Konsumsi Makanan Program MBG
Yakni BBM pertalite dan solar, yang meningkat significant. Ini digunakan untuk mengangkut logistik terutama solar dan Batubara.
Perkiraan konsumsi solar dan pertalite tahun ini bisa meningkat antara 20-25 persen.
Berarti angkutan logistik dan komoditas akan meningkat cukup besar karena digunakan untuk keperluan mobilisasi sumber daya alam ke pasar ekspor.
Penopang utama pertumbuhan ekonomi ini jelas konsumsi BBM bersubsidi.
Baca Juga:
Presiden Prbowo Subianto Pidato Penuh Semangat di Parlemen Turki, Suarakan Dukungan ke Palestina
Sektor Energi dan Keuangan Dinilai Prospektif dalam Laporan CSA Index April 2025
Ini menjadi tambahan keuntungan bagi sektor pengangkutan dan ekspor sawit dan Batubara adalah konsumsi solar dan pertalite bersubsidi.
Mereka mendapat keuntungan berganda yakni memperoleh BBM 1/3 dari harga keekonomian.
Saya rasa subsidi solar dan pertalite inilah yang menggairahkan sektor transportasi, pergudangan hingga ekspor sawit dan Batubara serta bahan tambang lainnya yang sekarang memang harga di internasional sedang tinggi.
Kesempatan ini akan digunakan oleh pemerintah untuk mengeruk sebanyak banyaknya sumber daya alam untuk merespon harga komoditas yang naik.
Ini adalah rejeki besar pemerintah yang akan menyelenggarakan G20 nanti dengan agenda utama transisi energi, digitalisasi dan penuntasan covid 19. Semoga pemerintah tambah banyak uangnya.
Hanya saja presiden Jokowi perlu minta tolong kepada pengusaha agar uang hasil ekspor dibawa masuk ke Indonesia, jangan seperti sekarang semua uangnya disimpan diluar negeri.
Berdasarkan data bank Indonesia posisi cadangan devisa Indonesia semakin anjlok. Cadangan Devisa juni 2022 sebesar USD 136,379 miliar turun ke Juli 2022 menjadi USD 132,173 miliar.
Kecil men. Dibandingkan tahun lalu posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2021 tetap tinggi sebesar USD 144,9 miliar.
Menurun dibandingkan dengan posisi pada akhir November 2021 sebesar USD 145,9 miliar.
Oleh: Salamuddin Daeng, Peneliti pada Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI).***