ARAH NEWS – Kamis, 8 September 2022 ini, dimulainya tradisi Yaqowiyu tahun 2022. Awal dari rangkaian pelaksanaan tradisi sebaran apam Yaqowiyu Ki Ageng Gribig dilakukan melalui semakan atau semaan Al Quran, pembacaan ayat-ayat suci yang diperdengarkan dari masjid.
Menuju ke puncak acara pada Jumat Kliwon, 16 September mendatang, ada haul, selawatan, kirab gunungan, dan kenduri seni yang diakhiri dengan andum apem yang diikuti oleh seluruh warga Jatianom, Klaten, Jawa Tengah.
Tradisi Yaqowiyu tahun 2022 ini kembali diadakan besar-besaran sebagaimana di masa normal sebelumnya. Pada dua tahun terakhi, 2020 dan 2021, Yaqowiyu digelar secara terbatas karena pandemi Covid-19.
Tahun silam, Ketua Umum Partai Golkar yang juga Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengikuti kegiatan andum apem bersama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, serta melepas distribusi kue apem menggunakan ojek online ke 32 rumah di sekitar lokasi kegiatan.
Baca Juga:
Genjot Ekspor Komoditi Pertanian Nasional ke Jepang, Wamentan Sudaryono Gandeng BI di Tokyo
Andum Apem merupakan budaya warga Jatinom tiap Bulan Sapar untuk membuat dan saling berbagi apem antar warga sekitar.
Airlangga Hartarto selalu hadir dalam perayaan Yaqowiyu mengingat ia adalah keturunan dari Ki Ageng Gribig, yang pertama kali memperkenalkan tradisi tersebut.
Ki Ageng Gribig pada masanya tak hanya dikenal ulama besar di Pulau Jawa, dengan sederet keberhasilannya dakwah Islamiyah, namun juga pejuang melawan penjajahan, untuk bangsa dan Negara Indonesia.
Tidak mengherankan jika dalam setiap perayaan Yaqowiyu Airlangga Hartarto selalu bertindak sebagai tuan rumah.
Baca Juga:
CSA Index Oktober Tembus 76,09: Pelaku Pasar Optimis Pemerintahan Baru Akan Dorong Pertumbuhan IHSG
Apa yang dilakukan Airlangga Hartarto bersama keluarga besarnya adalah sebagai upaya melestarikan tradisi yang diwariskan Ki Ageng Gribig kepada anak cucu, cicit, keluarga besar maupun seluruh masyarakat.
Tradisi sebaran apam Yaqowiyu sudah bertahan lebih dari 500 tahun, digelar setiap bulan Safa. Orang Jawa biasa menyebut Saparan.
Ini adalah tradisi yang dilakukan pada setiap tanggal 15 Safar (bulan kedua dalam penanggalan Jawa), sebuah tradisi turun temurun terus dilakukan, dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Jatinom, Klaten.
Tradisi Yaqowiyu bermula dari kembalinya Ki Ageng Gribig dari menunaikan ibadah haji di Tanah Suci Mekkah. Ki Ageng Gribig yang membawa buah tangan berupa kue apem hendak dibagikan kepada saudara, murid maupun tetangga.
Baca Juga:
Minergi Media Luncurkan Portal Tambangpost.com Dukung Hilirisasi Tambang dan Ketahanan Energi
Rencana Pertemuan Megawati Soekarnoputri dengan Prabowo Subianto Ditanggapi Presiden Jokowi
Tapi karena tidak cukup, Ki Ageng Gribig kemudian meminta kepada keluarganya untuk dibuatkan kue apem.
Apem yang berasal dari kata affum dan artinya maaf itu kemudian disebut apem Yaqowiyu. Ciri khas Yaqowiyu adalah penyebaran kue apem, penganan khas Jawa yang bundar terbuat dari tepung beras. Apem diberikan atau disebar kepada ribuan warga yang saling memperebutkannya.
Sejak tahun 1589 Masehi atau 1511 Saka, Ki Ageng Gribig selalu melakukan hal ini. Ia mengamanatkan kepada masyarakat Jatinom saat itu, agar di setiap Bulan Safar, memasak sesuatu untuk disedekahkan kepada mereka yang membutuhkan.
Amanat inilah yang mentradisi hingga kini di Jatinom, Klaten, Jawa Tengah, yang kemudian dikenal dengan Yaqowiyu.
Nama yaqowiyu berasal dari penyingkatan bacaan doa bagian akhir dalam bahasa Arab sebelum apem dibagikan: yaa qowiyyu, yaa aziz, qowwina wal muslimiin, yaa qowiyyu warzuqna wal muslimiin, yang merupakan doa memohon kekuatan
apem disebarkan dari panggung permanen di selatan masjid yang berlokasi di kompleks pemakaman Ki Ageng Gribig.
Masyarakat memercayai bahwa apem tersebut membawa kesejahteraan bagi mereka yang berhasil mendapatkannya.
Tradisi itu kini menjadi sebuah festival yang menjadi unggulan dari Klaten. Tak heran jika masyarakat dari daerah sekitar, Boyolali, Solo, Yogyakarta datang ke Jatinom, Klaten untuk mengikuti festival ini.
Acara festival tersebut dimulai pada malam hari, saat masyarakat Jatinom dari berbagai desa membawa kue apem ke Masjid Agung Jatinom.
Masjid berdekatan dengan bangsa pemakaman Ke Ageng Gribig.
Dari ratusan bahkan jutaan kue apem yang sudah didoakan di masjid, kemudian disusun dalam bentuk Gunung.
Penyusunan gunungan apem itu juga ada artinya, apem disusun menurun seperti sate 4-2-4-4-3 maksudnya jumlah rakaat dalam shalat isa/ subuh/ zuhur/ ashar/ dan magrib.
Selepas acara sholat ashar keesokan harinya, apem disebar kepada pengunjung yang berharap mendapatkan apem tersebut.
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.
Tak heran mereka saling berebut untuk mendapatkan apem yang dilemparkan dari panggung di halaman masjid.
Dalam buku Muhammadiyah Setengah Abad 1912-1962 terbitan Departemen Penerangan RI disebutkan bahwa Ki Ageng Gribig masih keturunan Maulana Malik Ibrahim yang berputra Maulana Ishaq.
Kemudian berputra Maulana Ainul Yaqin (Sunan Giri), kemudian berputra Maulana Muhammad Fadhillah (Sunan Prapen) yang berputra Maulana Sulaiman alias Ki Ageng Gribig.
KH Achmad Dahlan yang bernama lahir Muhammad Darwis pendiri Muhammadiyah itu masih keturunannya Ki Ageng Gribig.
Begitu pula dengan R. Hartarto dan Airlangga Hartarto yang nyata-nyata adalah keturunan wali, kiai besar bahkan masih pula keturunan raja-raja Jawa.
Keturunan Ki Ageng Gribig banyak yang sukses menjadi pejabat di negeri ini, termasuk Ir. R. Hartarto Sastrosoenarto, yang tak lain ayah dari Ir.Airlangga Hartarto. Ir.R.Hartarto Sastrosoenarto adalah keturunan asli yang lahir di Klaten, pada 30 Mei 1932.
Sejarah mencatat jika di kemudian hari R. Hartarto menjadi Menteri Perindustrian pada Kabinet Pembangunan IV (1983-1988) dan Kabinet Pembangunan V (1988-1993).
Ayah kandung Airlangga Hartarto itu juga pernah menjadi Menteri Koordinator bidang Produksi dan Distribusi (Menko Prodis) pada Kabinet Pembangunan VI (1993-199
Dan Menteri Koordinator Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara (Menko Wasbangpan) pada Kabinet Pembangunan VII (1998-1999).
Sebagaimana ayahnya, Airlangga Hartarto juga melestarikan tradisi Yaqowiyu secara aktif.
Ayah Airlangga Hartarto bahkan yang pertama melakukan renovasi bangsal di pemakaman Ki Ageng Gribig pada tahun 1992.
Ini merupakan bentuk penghormatan sekaligus melestarikan budaya yang dilakukan untuk leluhurnya, sang penyebar agama Islam dan pejuang tangguh di Jawa.
Langkah R.Hartarto Sastrosoenarto dengan merenovasi bangsal di pemakaman Ki Ageng Gribig pada 1992 belasan tahun kemudian jika diikuti oleh Airlangga Hartarto.
Putra kedua dari R. Hartarto itu juga terpanggil untuk merenovasi pemakaman yang usianya sudah ratusan tahun tersebut.
Pada tahun 2018, Airlangga yang kala itu menjabat sebagai Menteri Perindustrian merenovasi makam Ki Ageng Gribig.
Ketua Umum Partai Golkar itu menyatakan jika renovasi yang dilakukannya hanya meneruskan upaya dari sang ayah untuk terus merawat makam leluhur mereka.
Airlangga Hartarto memenuhi amanat almarhum ayahnya untuk melanjutkan renovasi makam dengan merapikan bangunan dan lantai yang ada di dalamnya.
Makam salah satu ulama besar di Jawa itu memang tak dipugar seluruhnya oleh Menko Perekonomian RI itu.
Khususnya arema pemakaman yang tetap seperti aslinya. Pintu masuk ke makam yang relatif cukup kecil tetap dipertahankan. Untuk masuk ke pemakaman.***
Klik Google News untuk mengetahui aneka berita dan informasi dari editor Arahnews.com, semoga bermanfaat.