ARAH NEWS – Pemerintah akan segera mengembangkan Pelabuhan Sabang di Provinsi Aceh.
Pengembangan pelabuhan merupakan kerja sama antara Indonesia dan India serta menjadi bagian dari aktivitas gugus tugas konektivitas antara Aceh dan kepulauan Andaman-Nicobar.
Terkait Pengembangan Pelabuhan Bebas Sabang oleh Pemerintah India akan semakin menarik perhatian, khususnya terkait Geopolitik Kawasan Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
Baca Juga:
Presiden Prbowo Subianto Pidato Penuh Semangat di Parlemen Turki, Suarakan Dukungan ke Palestina
Sektor Energi dan Keuangan Dinilai Prospektif dalam Laporan CSA Index April 2025
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurutnya, Pulau Sabang dan Negara India (Kepulauan Andaman Nicobar) berada di Samudera Hindia dimana merupakan jalur vital perdagangan dunia.
Sekitar lebih setengah dari seluruh kapal kontainer di dunia melewati Samudera Hindia, dan sepertiga lalu lintas kargo curah dunia, serta dua per tiga pengiriman minyak dunia melewati samudera ini.
Namun arti penting jalur pelayaran ini berbanding lurus dengan potensi ancaman keamanan di sekitarnya.
Baca Juga:
Lagkah-langkah Strategis Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang Sudah Dilakukan dalam 150 Hari
Ingin Meluruskan Berita Media yang Negatif dan Tidak Berimbang? Ingin Menangkis Serangan Hoax?
Visi India di kawasan Samudera Hindia tercermin dalam SAGAR yang berarti ocean (samudera), yang fokus pada keamanan dan pertumbuhan di kawasan.
Salah satu implementasi dari kebijakan ini adalah dengan dibentuknya beberapa proyek pembangunan infrastruktur maritim. Proyek ini disebut dengan Project Sagarmala.
Proyek ini telah menghabiskan sekitar 70.000 rupee India untuk proyek infrastruktur dan lebih dari 1 triliun rupee India untuk upgrade 12 pelabuhan besar di India.
Untuk mewujudkan kebijakannya, India harus membangun iklim kepercayaan dan hubungan kerja sama yang baik dengan negara-negara tetangganya.
Baca Juga:
Idul Fitri adalah lentera, izinkan membuka tabirnya dengan maaf, agar cahayanya menembus jiwa
CEO Rosan Roeslani Umumkan Struktur Pengurus Lengkap Danantara, Ada Nama Thaksin Shinawatra
TIENS Indonesia Wujudkan Komitmen Kepedulian Sosial Melalui CSR Ramadhan #HopeForHumanity
Heidelberg Institute for International Conflict
Research di tahun 2011 menyebutkan data bahwa kawasan Samudera Hindia merupakan kawasan yang paling bermasalah.
Dan berpotensi sekali untuk sebagai pemantik masalah baik itu kasus di negara-negara pantai sekelilingnya yang berpengaruh pada stabilitas jalur komunikasi kawasan atau bahkan masalah maritim langsung di Samudera Hindia.
Jumlah kasus pertahun yang adalah kejahatan maritim yang marak terjadi di kawasan regional ini seperti pembajakan (piracy), perompakan bersenjata di laut (armed robbery at sea).
Juga sengketa wilayah, terorisme dan pelibatan negara adikuasa di jalur pelayaran Samudera Hindia.
Sedangkan, persoalan lainnya seperti perdagangan gelap melalui laut (illicit trafficking by sea)
Di ujung barat Indonesia, terdapat sebuah kawasan yang dinamakan segitiga emas bahari Saphula. Kawasannya mencakup Sabang-Phuket-Langkawi.
Pesona lautnya menjadi sebuah potensi besar untuk menarik wisatawan. Jadi tak salah jika gelaran Sabang Marine Festival (SMF) 2018 hadir untuk mengeksplor segitiga emas ini. Mengusung ‘Sabang-Golden Marine Tourism Triangle’.
Kawasan Saphula dapat dibangkitkan jika Sabang telah menemukan Investor yang tepat. India menjadi jalan membuka jalur ekonomi Saphula khususnya gugusan pulau di wilayah Sabang Aceh.
Harapannya Sabang dapat diberikan kesempatan seluas-luasnya dikelola oleh asing dengan perjanjian MoU yang saling menguntungkan kedua belah pihak.
Ini menjadi momentum bagi Indonesia untuk menjadikan Sabang sebagai destinasi Kapal Pesiar Internasional.
Bayangkan sekali kapal pesiar dunia singgah di Sabang saja berapa pendapatan dari situ/atau biaya sewa dermaga yang masuk ke kas daerah tersebut, pasti kawasan itu akan semakin dilirik Internasional
Provinsi kita terutama wilayah Utara Aceh ini dijalur transnasional, jalur maritim dunia, jalur pusat perdagangan, dan Bahkan Jalur Pengungsi Internasional pencari Suaka.
Opini: Muhammad Ichsan, S.Pd, M.Hum, Alumni Magister Kajian Asia Tenggara, Universitas Indonesia dan Staff Ahli Ketua Komite I DPD RI.***