ARAH NEWS – Prabowo Subianto itu selalu berada di tiga besar berdasarkan banyak hasil survei, selain Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.
Bedanya, potensi Prabowo maju lagi di Pilpres 2024 itu bukan sekedar halu, sebab punya elektabilitas dan dukungan solid dari partai Gerindra.
Bisa dibilang, sosok Menhan RI sekarang ini adalah salah satu figur yang menjadi daya tarik bagi tokoh lainnya untuk bisa berpasangan dengan mantan Danjen Kopassus tersebut.
Sebut misalnya Erick Thohir yang kemarin mendatangi Prabowo di kantor Kemenhan. Begitu juga Ketum PKB, Muhaimin Iskandar (Cak Imin), yang sebelumnya juga menemui Prabowo di rumah Kertanegara.
Baca Juga:
Potensi terbentuknya Poros Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (Gerindra-PKB) bukan tidak mungkin dalam peta politik menuju 2024. Politics is the art of possibilities.
Figur ketokohan Prabowo-Cak Imin juga terbilang menarik dari segi sinkronisasi latar belakang, usia, ideologi dan basis massa politik aliran nasionalisme dan Islam (nasionalis-religius dan militer-spil).
Jika Prabowo maju lagi sebagai capres 2024 itu bukan masalah bisa maju atau tidak, sebagaimana Ganjar atau Anies yang masih belum ada kepastian parpol pengusungnya – sekalipun namanya muncul dalam rekomendasi Partai Nasdem.
Sebaliknya, diprediksi Prabowo akan segera dideklarasikan oleh Partai Gerindra secara bulat dalam waktu dekat.
Baca Juga:
Dituntut Bayar Ganti Rugi Rp482 Miliar; Koperasi Unit Desa Delima Sakti Gugat Balik LSM AJPLH
Menko Airlangga Hartartato Beberkan Sejumlah Langkah untuk Tarik Investor Global Masuk Indonesia
Prabowo sendiri dalam Kongres Luar Biasa (KLB) bulan Agustus 2020 sudah diamanahkan untuk maju di Pilpres 2024 oleh DPC dan DPD partai Gerindra.
Sementara itu, Cak Imin juga dianggap mampu menjadikan PKB solid dibawah kepemimpinannya.
Peluang Ganjar walaupun notabene adalah kader PDIP, tetapi di internal suara masih terbelah, tergantung keputusan Megawati.
Anies Baswedan seperti halnya Ridwan Kamil bukanlah kader partai, peluangnya sebagai cawapres 2024 lebih terbuka daripada capres.
Baca Juga:
KPK Selidiki Kasus di Kementan Soal Korupsi Penggelembungan Harga Asam untuk Kentalkan Karet
Secara elektoral, PKB dan Gerindra sebenarnya sudah memenuhi ambang batas pencapresan atau presidential threshold sebesar 20% jika misalnnya keduanya berpasangan pada Pilpres 2024.
Perolehan suara kedua partai itu masing-masing sebesar 9,69% dan 12,57% pada pemilu 2019 lalu.
Jadi sindirian Andi Arief dari Partai Demokrat yang mengibaratkan pertemuan Prabowo-Cak Imin seperti pasangan anak yang dipaksa kawin oleh orang tuanya, itu jelas ngawur layaknya omongan orang mabuk.
Malah hal itu mengindikasikan bahwa ucapan Andi Arief (Demokrat) itu seperti anak kecil yang berharap permen, tetapi nggak dibelikan orang tuanya. Sad but true.
Masalah Prabowo sebagai capres 2024 adalah bisa menang atau tidak. Dan jawabannya tergantung pada koalisi parpol yang nanti terbentuk dan pilihan pada sosok pendampingnya (cawapres).
Manuver elit politik di last minutes bisa jadi faktor yang menentukan. Prabowo sendiri sekalipun punya elektabilitas dan disukai milenial karena kinerjanya.
Prabowo dinilai sebagai tokoh atau capres yang paling jarang menggunakan media sosial, jika dibandingkan dengan tokoh lainnya yang namanya beredar di jagad media.
Padahal, Prabowo punya pengikut yang cukup banyak di empat media sosial utama, yaitu Twitter, Facebook, Instagram, dan Youtube. Elektabilitas Prabowo tinggi tanpa pencitraan di medsos, apalagi pasang baliho.
Harus ada sedikit perubahan dalam aktivitas Menhan RI di sosial media, termasuk menjembatani semakin banyak relawannya yang militan.
Berbeda dengan Prabowo yang elektabilitasnya bagus, siapapun pasangan cawapresnya nanti, seperti Cak Imin, Puan Maharani, Erick Thohir, atau yang lainnya, harus terus aktif melakukan kerja politik untuk menggenjot popularitas dan tingkat keterpilihannya.
Masih ada waktu dua tahun. Saat ini konstalasi politik menuju 2024 terbilang masih cair. Semuanya bisa berubah dengan cepat.
Tidak hanya figur capres, tetapi sosok cawapres juga nanti sangat signifikan kontribusinya dalam pemenangan.
Oleh karena itu, cawapres yang ideal itu, jika tidak bisa menaikkan elektabilitas, minimal tidak menurunkan elektabilitas sebagai pasangan calon (capres-cawapres) nanti di 2024.
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.
Cukup itu yang jadi kriteria. Dalam politik, terlalu banyak kriteria wakil raja, bisa merusak tentara, kata Homer filsuf Yunani.
Oleh: Igor Dirgantara, Dosen Fisip Universitas Jayabaya.***